QoCWw23gI8EUDhTJmxS5QJMhjiKYFqyNZ5DreD0m

Cari Blog Ini

Laporkan Penyalahgunaan

Bookmark

Christmas Present: dari Allah, untuk manusia, kepada sesama - Renungan Titus 3:4-7

“Tetapi ketika nyata kemurahan Allah, Juruselamat kita, dan kasih-Nya kepada manusia, pada waktu itu Dia telah menyelamatkan kita, bukan karena perbuatan baik yang telah kita lakukan, tetapi karena rahmat-Nya oleh permandian kelahiran kembali dan oleh pembaharuan yang dikerjakan oleh Roh Kudus, yang sudah dilimpahkan-Nya kepada kita oleh Yesus Kristus, Juruselamat kita, supaya kita, sebagai orang yang dibenarkan oleh kasih karunia-Nya, berhak menerima hidup yang kekal, sesuai dengan pengharapan kita.” (Titus 3:4-7)

    Shalom semuanya!, Pada tulisan ini, saya akan membahas sebuah tema Natal yaitu “Christmas Present” dengan implikasinya bagi hubungan sosial antara umat Kristen. Sub-tema yang saya angkat adalah “Christmas Present: dari Allah, untuk kita, kepada sesama”. Sebagai pembuka, saya akan mengambil kisah inspiratif dari Eric Manu, raja dari suku di Ghana Selatan, yang memilih bekerja sebagai tukang kebun di Kanada sejak tahun 2012. Dengan bekerja sebagai tukang kebun, ia dapat menghasilkan uang sekitar 23 juta rupiah per bulannya, yang kemudian ia kirimkan ke Ghana untuk menghidupi lebih dari 6000 orang di desanya

    Kisah Eric Manu, seorang raja dari suku Akan di Ghana yang bekerja sebagai tukang kebun di Kanada untuk membantu rakyatnya, dapat digambarkan dengan kata filantropi. Kata filantropi merupakan gabungan dari dua kata Yunani, yaitu ϕιˊλους (philous) yang berarti persahabatan dan ανθρωπος (anthrōpos) yang berarti manusia. Filantropi mengandung makna cinta yang luar biasa terhadap sesama manusia. Kata ini sangat istimewa, karena biasanya cinta hanya dinyatakan dengan kata ϕιˊλια (filia), tetapi Paulus menggunakan kata khusus yaitu filantropi untuk menyatakan cinta persahabatan yang luar biasa terhadap manusia. Hal ini seperti seorang raja yang bersedia mengorbankan segalanya demi rakyatnya. Yang menarik, kata ini hanya muncul dua kali dalam Perjanjian Baru, salah satunya adalah dalam bacaan kita hari ini yaitu Titus 3:4.

    “Tetapi ketika nyata kemurahan Allah, Juruselamat kita, dan kasih-Nya kepada manusia, pada waktu itu Dia telah menyelamatkan kita, bukan karena perbuatan baik yang telah kita lakukan”. Jika ditelusuri lebih dalam, kata “Kasih-Nya” dalam bahasa asli disebutkan sebagai filantropia, yang memiliki arti cinta persahabatan yang sangat luar biasa kepada manusia.

    Pada dasarnya Dia sama dengan Allah, tetapi Dia tidak merasa bahwa keadaan-Nya yang ilahi itu harus dipertahankan-Nya. Sebaliknya, Dia melepaskan semuanya lalu menjadi sama seperti seorang hamba. Dia menjadi seperti manusia, dan nampak hidup seperti manusia. Dia merendahkan diri, dan hidup dengan taat kepada Allah sampai mati (Filipi 2:6-8). Paulus menggambarkan Allah sebagai seorang Filantropis, seorang raja yang sangat dermawan. Philip H. Towner berpendapat bahwa kata filantropi merupakan karakter ilahi, yang artinya hanya ada pada Allah sendiri.

    Yesus adalah manifestasi dari kasih filantropi Ilahi. Yesus adalah anugerah yang Allah berikan kepada kita tanpa syarat. Yesus adalah Penebus yang datang untuk menghapus dosa-dosa kita agar kita memperoleh hidup yang abadi. Yesus adalah anugerah Natal bagi kita semua, sesuai dengan tema kita hari ini Christmas Present. Akan tetapi, kadang-kadang ketika seseorang memberikan anugerah atau bantuan, seseorang itu cenderung bersikap mengasihani (berbelas kasih), begitu pula kata filantropi itu cenderung berkonotasi dengan aksi kemanusiaan (memberi karena belas kasih). Yang menarik, dalam Jurnal Agama dan Masyarakat Societas Dei, teks Titus 3:4 kata filantropi tidak dimaksudkan untuk raja yang mengasihani rakyatnya, dengan kata lain, filantropi mengalami perubahan makna menjadi cinta terhadap sesama manusia (love-towardman) dan bukan tindakan kemanusiaan. Allah memberi keselamatan kepada kita bukan hanya karena kasihan terhadap manusia, tetapi Allah memberi anugerah natal karena kita adalah sahabat-Nya, mitra-Nya. Allah selalu memandang kita sebagai sahabat-Nya: Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya (Yohanes 15:13).

    Allah yang Mahatinggi pun memandang kita sebagai sahabat-Nya, memberikan kita anugerah karena kita adalah mitra-Nya. Bagaimana mungkin kita (yang pada dasarnya sama-sama berdosa) memandang sesama manusia sebagai orang yang perlu dikasihani? Jauh dari itu, orang ada pengemis datang saja sering kita tolak, orang ada yang minta bantuan saja kita acuhkan, tetapi begitu melihat kertas merah bertuliskan “Diskon Natal 50%” langsung saja uang mengalir ke sana, ibu-ibu senang bapak-bapak stres. Seharusnya kita menghormati semua orang (termasuk mereka yang membutuhkan) sebagai sahabat kita. Jika ada seseorang yang datang ke rumah kita meminta pertolongan, meminta bantuan, sepatutnya kita membantu mereka bukan hanya karena kita kasihan terhadap mereka, tetapi kita membantu karena mereka adalah sahabat kita! Bagaimana saya bisa menganggap mereka sahabat, padahal saya tidak mengenal mereka?, kita yang tidak pantas untuk diselamatkan saja dianggap sahabat oleh Tuhan, kita yang sering menyakiti hati Tuhan saja dianggap rekan kerja oleh Tuhan, mengapa kita menolak orang dengan alasan tidak kenal? 

    Tidak perlu cemas Natal tahun ini seolah-olah tidak mendapat hadiah apa-apa, tidak ada pakaian baru, tidak ada makanan lezat, tidak ada liburan, tidak ada uang banyak. Yesus sebagai anugerah Natal sudah melebihi segala kebutuhan kita. Jangan terpaku pada berapa banyak yang kita terima, tetapi renungkanlah pada diri sendiri: sudahkah memberi hari ini?. Ibadah yang hakiki bukan hanya soal kita konsentrasi di gereja, bukan hanya soal di gereja tidak main HP, bukan hanya soal di gereja tidak mengantuk. Semua itu tidak menjadi masalah, Jurgen Moltmann menegaskan bahwa ibadah di gereja pada hari minggu hanya menyenangkan hati Tuhan jika diikuti dengan aksi di dunia pada hari-hari lainnya. Jadi sia-sia, jika hanya sekadar membaca Alkitab setiap hari, hanya sekadar di gereja seperti mendengarkan firman Tuhan dengan penuh perhatian tetapi ketika di luar gereja menyusahkan orang lain, membenci orang lain, sombong angkuh, merasa paling benar, dan sebagainya.

    Sebagai kesimpulan, hari ini kita mempelajari bahwa Yesus adalah anugerah Natal bagi kita, yang Allah berikan bukan hanya karena kasihan belaka, tetapi karena kita adalah sahabat-Nya! Oleh karena itu, sepatutnya kita bersikap demikian kepada sesama kita, Perbuatan baik yang kita lakukan adalah ungkapan dari filantropi ilahi. Mari kita berbuat baik dan menebarkan damai sejahtera mulai dari keluarga kita, lingkungan kita, bagi Indonesia dan bahkan untuk dunia. Selamat Natal 2023 dan Selamat Tahun Baru 2024, semoga Tuhan memberi kita kemampuan untuk melakukan segala yang dikehendaki-Nya, Tuhan memberkati kita, Amin!.