QoCWw23gI8EUDhTJmxS5QJMhjiKYFqyNZ5DreD0m

Cari Blog Ini

Laporkan Penyalahgunaan

Bookmark

Ini Aku, Utus Aku: Tarik Aku Tuhan, Aku Tidak Kuat - Renungan Yohanes 12:20-36

    Panggilan untuk melayani seringkali menjadi pusat perhatian dalam perjalanan hidup kita. Yesaya 6:8 mencatat momen ketika nabi Yesaya mendengar panggilan dari Tuhan: "Siapakah yang akan Kuutus, dan siapakah yang mau pergi untuk Aku?" Maka sahut Yesaya: "Ini aku, utuslah aku!". Kalimat ini tentulah sudah sangat tidak asing di telinga kita, kesiapan untuk melayani biasa diungkapkan melalui ayat ini. 

    Namun, ketika kita menghadapi kenyataan pelayanan sehari-hari, kita sering menemui tantangan dan pergumulan yang tidak mudah. Ketika kita mulai melayani, semangat kita mungkin membara, namun seiring berjalannya waktu, kita menyadari bahwa pelayanan tidak selalu berjalan mulus. Kita menghadapi konflik, kelelahan, dsb. Pergumulan ini dapat menguras energi dan menggoyahkan niat awal kita. Seperti yang dirasakan oleh banyak orang, kita sering merasa tidak mampu memenuhi panggilan Tuhan. Kita melihat kelemahan dan keterbatasan kita sendiri hingga pada akhirnya kita berkata “Tarik aku Tuhan, aku dah ga kuat!”.

    Kondisi yang demikian, tentunya menjadi sebuah pergumulan yang berat. Pilihan untuk berhenti atau lanjut adalah pilihan yang tidak mudah. Ingin lanjut tapi kok berat, kalau berhenti kok ‘masa iya berhenti pelayanan?’. Dalam kondisi yang seperti ini, orang-orang cenderung memaksakan dirinya dan melayani dengan keterpaksaan. Kondisi seperti ini tidaklah baik bagi kesehatan pelayanan kita

    Kondisi ini ternyata juga dirasakan oleh Yesus. Ia diutus oleh Bapa untuk menebus dosa manusia, dan dalam perjalannya Yesus merasakan ketakutan akan apa yang akan dihadapiNya. Sebelum kematiannya, Yesus sempat berdoa hingga meneteskan titik-titik darah di taman Getsemani. Bisa dibayangkan bilamana seseorang sudah mengetahui bagaimana ia akan mati nantinya. Yesus mengetahui bahwa Ia akan disalib, disiksa, dilukai, dsbnya. Tekanan yang Yesus rasakan membuat dia berkata: "Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku…” (Matius 26:39). Yesus juga ingin segala penderitaan yang Dia alami dapat lalu daripadaNya. Yesus menawar ke Allah Bapa, mempertanyakan apakah mungkin penderitaan yang Ia akan alami dapat dilewatkan saja? Sama seperti kita, ketika kita mengetahui apa yang akan terjadi kedepan tidaklah mudah, kita cenderung bertanya dan menawar kepada Tuhan: “boleh gak Tuhan, kedepannya dapat yang mudah-mudah aja?”. Namun Yesus melanjutkan perkataannya dengan berkata: “...tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki" (Matius 26:39). Pernyataan ini ingin mengungkapkan bentuk penyerahan diri Yesus kepada Bapa di sorga, Yesus tidak ingin kehendakNya sendiri yang terjadi namun menyerahkan semuanya pada kehendak Bapa. 

    Dalam Yohanes 12:20-36, Yesus menceritakan tentang bagaimana Ia akan mati kepada murid-muridNya, dan ditengah perkataannya itu Yesus menyampaikan: “Sekarang jiwa-Ku terharu dan apakah yang akan Kukatakan? Bapa, selamatkanlah Aku dari saat ini?…” (Yohanes 12:27). Ayat ini ingin mengungkapkan apa yang menjadi isi hati Yesus, ingin rasanya Yesus berkata “Bapa, selamatkanlah Aku dari saat ini!”, namun Yesus menjawabnya sendiri dengan berkata: “...Tidak!, sebab untuk itulah Aku datang ke dalam saat ini” (Yohanes 12:27). Yesus menyadari tujuan kenapa Ia datang pada saat itu. 

    Lelah jiwa, raga, hati dan pikiran saat melakukan pelayanan adalah hal yang normal. Keinginan untuk menyerah dan berhenti di tengah jalan juga merupakan hal yang biasa. Rasa takut akan apa yang akan terjadi kedepannya juga merupakan ketakutan yang ternyata dirasakan oleh semua orang, bahkan Yesus sendiri merasakannya saat Ia akan disalibkan. Namun kita perlu melihat sikap apa yang diambil oleh Yesus ketika tekanan yang begitu berat itu Ia rasakan. Beberapa sikap yang dapat kita contoh saat merasakan lelah dalam berpelayanan adalah:

  1. Boleh untuk berkeluh kesah atau bercerita kepada Tuhan
    Yesus berkeluh kesah kepada Bapa saat Ia merasakan beban yang Ia tanggung begitu berat, namun perlu diingat bahwa Yesus menyerahkan sepenuhnya pada kehendak Allah. Kita juga boleh kok untuk berkeluh kesah sama Tuhan, kita boleh kok bercerita sama Tuhan tentang lelah kita, tetapi ingat untuk selalu menyerahkan seluruhnya kepada Bapa di sorga. 
  2. Sadari dan ingat akan tujuan semula berpelayanan
    Yesus ingin agar Allah menyelamatkanNya, namun Yesus berkata “Tidak” karena Yesus tahu tujuan semula Ia datang saat itu. Demikian kita, kita hendaknya mengingat tujuan panggilan awal kita. Kita dipanggil untuk melayani dengan berbagai kondisi, tujuan pelayanan kita adalah kemuliaan nama Tuhan. Oleh karena itu suka dan duka perlu untuk dilewati karena itu semua adalah tujuan awal kita untuk berpelayanan.

    Pada akhirnya, segala teladan Yesus dapat kita contoh untuk memulihkan kembali semangat pelayanan kita yang mungkin sudah hilang karena tekanan yang ada. Dimanapun kita berada, kapanpun waktunya, suka ataupun duka pelayanan kita, mari kita berkata: "Bapa, muliakanlah nama-Mu" (Yohanes 12:28). Dalam penderitaan kita, biarlah nama Tuhan dipermuliakan melalui berbagai pelayanan yang telah kita upayakan. Jangan pernah ragu akan kehendakNya karena kita mempunyai Allah yang luar biasa, sehingga segala sesuatu yang telah direncanakanNya akan baik adanya untuk kita. Bukan kehendak kita yang terjadi, namun biarlah kehendak Tuhan yang terjadi atas hidup kita. Tuhan memberkati kita, Amin.


PKJ 177:1-3 AKU TUHAN SEMESTA

1) Aku Tuhan semesta, jeritanmu Kudengar.

Kau di dunia yang gelap, ‘Ku s’lamatkan.

Akulah Pencipta t’rang; malam jadi benderang.

Siapakah utusanKu, membawa t’rang?


2) Aku Tuhan semesta. ‘Ku menanggung sakitmu

dan menangis kar’na kau tak mau dengar.

‘Kan Kurobah hatimu yang keras jadi lembut.

Siapa bawa firmanKu? UtusanKu?


3) Aku Tuhan semesta. ‘Ku melihat yang resah.

Orang miskin dan lesu Aku jenguk.

Aku ingin memberi perjamuan sorgawi.

Siapa mewartakannya? Siapakah?


Refrein:

Ini aku, utus aku!

Kudengar Engkau memanggilku.

Utus aku; tuntun aku;

‘Ku prihatin akan umatMu.